Rabu, 27 Juni 2012

Perkembangan Teori Evolusi dan Nilai Penting Fosil




Fosil merupakan jejak atau sisa kehidupan yang terawetkan dalam lapisan bumi dimana terjadi secara alami dan memiliki umur geologi. Dalam studi paleo-history yang mempelajari kehidupan pada masa lampau, fosil menduduki status yang sangat penting karena dinilai memiliki potensi yang mampu menggambarkan kehidupan masa lampau. Terkait dengan pembuktian teori evolusi, hingga kini upaya pencarian fosil-fosil masih terus dilakukan untuk menemukan missink link perubahan dari suatu jenis ke jenis yang lain karena perubahan ini tidak mungkin terjadi secara spontan.
Fosil yang ditemukan di area situs Sangiran sendiri merupakan jejak peniggalan berumur 200.000 sampai 2 juta tahun yang lalu. Sehingga para ahli dapat menentukan benang merah sebuah sejarah yang pernah terjadi di Sangiran secara berurutan serta bisa menjadi pembanding dan penghubung dengan penemuan-penemuan fosil di seluruh dunia. Perbedaan-perbedaan jenis tanah, bentuk fosil serta jenis fosil yang  terdapat pada empat lapisan tanah (kalibeng, pucangan, kabuh, dan notopuro) menunjukkan bahwa di sini telah terjadi evolusi.
Nilai penting fosil yang berada di Sangiran terhadap studi paleo-history bisa dilihat dari ditemukannya artefak yang ditinggalkan Homo erectus maupun fosil-fosil Homo erectus sendiri. Situs Sangiran merupakan situs-situs paling lengkap untuk hunian Homo erectus karena hampir 50 % populasi Homo erectus yang ada di dunia ditemukan di daerah ini. Jadi tidaklah berlebihan jika Sangiran dikatakan  sebagai pusat evolusi manusia purba di dunia. Selain fosil manusia purba, di Sangiran juga banyak ditemukan fosil jenis vertebrata antara lain gajah purba, rusa, kerbau, sapi, banteng dan badak. Sebagian dari binatang tersebut sezaman dengan Homo erectus dan dimungkinkan menjadi binatang buruan  Homo erectus. Hal menarik lain dari temuan fosil Homo erectus di Sangiran adalah ternyata fosil serupa juga ditemukan di Patiayam yang notabene merupakan daerah yang terisolasi dari Sangiran pada zaman Homo erectus tipikal Sangiran berkembang. Ini menarik karena muncul berbagai pertanyaan bagaimana mungkin di kedua tempat yang pada masa itu terpisah oleh sebuah selat/laut bisa dihuni pada saat yang bersamaan, tentu saja mendorong penelitian lebih mendalam dari studi palaeogeografi.
Jika berbicara tentang fosil, pasti tidak jauh dengan teori evolusi. Hingga saat ini teori evolusi banyak mengalami perkembangan. Pada tahun 1859, Charles Darwin menerbitkan buku “ On The Origin of Species Means of Natural Selection” yang sempat mengguncangkan dunia ilmu pengetahuan karena isinya yang cukup kontroversial pada kala itu. Kontroversial muncul karena adanya kesalahan penafsiran atas pernyataan yang dikeluarkannya. Dalam buku tersebut Darwin menyatakan bahwa semua makhluk hidup yang ada di bumi merupakan hasil dari moyang yang sama dimana mengalami modifikasi. Dengan kata lain, teori ini menyatakan bahwa spesies bukanlah merupakan sesuatu yang kekal atau tidak mengalami perubahan, melainkan berevolusi melalui proses bertahap dari berbagai spesies yang telah ada. Teori yang dikeluarkan darwin merupakan hasil analisis data yang didapat dari proses observasinya selama keikutsertaannya dalam berbagai ekspedisi. Dalam ekspedisi ke kepulauan Galapagos, dia melihat bahwasannya pada setiap pulau yang berbeda di Galapagos terdapat pula jenis burung pipit dengan kenampakan morfologi dan pola makan yang berbeda. Isolasi geografi dianggap yang paling bertanggung jawab pada fenomena ini. Karena dengan lingkungan yang berbeda secara alamiah burung pipit dituntut untuk baradaptasi guna kelestarian hidupnya. Untuk itu secara alamiah akan terjadi proses spesiasi dimana menyebabkan bertambahnya keanekaragaman hayati. Fenomena ini sekaligus menggambarkan penyebab terbentuknya keanekaragaman hayati di dunia.
Darwin mengeluarkan teori evolusi yang intinya dapat dibagi menjadi pokok berikut :  a). variasi pada tumbuhan dan hewan merupakan suatu variasi karakteristik yang muncul dalam penampakan fenotip organisasi, b). rasio pertambahan terjadi secara geometrik yaitu jumlah setiap spesies relatif tetap, c). struggle for existance (usaha untuk bertahan) dimana individu dengan variasi yang tidak sesuai untuk kondisi-kondisi yang umum dialami akan tersingkir, d). menghasilkan the survival of fittest kelestarian dari organisasi yang memilki kualitas paling sesuai dengan lingkungan. e). Individu yang dapat hidup akan mewariskan variasi-variasi tersebut kepada generasi berikutnya. Menurut darwin evolusi terjadi karena adanya seleksi alam dimana adaptasi merupakan penyebab terjadinya seleksi alam.     
Meskipun Darwin membuat konsep evolusi yang dapat diterima, tetapi pemikiran mengenai evolusi ini sudah sangat tua dan bertahu-tahun lebih tua dari Darwin, hal ini terkait adanya pendapat dari berbagai para ahli yang masih berkaitan dengan konsep dasar evolusi. Seperti Plato (428-348 SM) yang membayangkan seorang pencipta yang menciptakan dunia dari kehancuran dan kemudian menciptakan dewa yang lalu membuat manusia; Aristoteles (384-322 SM) yang menganggap organisme yang ada dianggap tidak sempurna tetapi bergerak kearah keadaan yang lebih baik; Anaximander (600-546 SM) ia mengemukakan bahwa kehidupan berasal dari zat mati, dan makhluk hidup yang tingkatannya tinggi berasal dari makhluk yang tingkatannya rendah; Linnaeus (1707-1778) yang menyatakan bahwa semua tanaman dan hewan yang hidup sekarang, dahulu dengan serentak diciptakan di atas bumi oleh satu ciptaan saja, mereka diciptakan dalam bentuk seperti yang tampak sekarang ini; Cuvier (1769-1832) menyampaikan bahwa sisa-sisa hewan yang telah membatu adalah sisa dari hewan yang telah mati di zaman dulu, selain itu ia juga menyusun Teori Catalysma berdasar pada lapisan-lapisan tanah yang menandakan berbagai periode dalam sejarah bumi.; Lammarck (1744-1829) Dia juga berpendapat jika sebuah alat tubuh sering digunakan maka ia akan tumbuh sempurnadan bila ia jarang digunakan ataupun tidak digunakan sama sekali maka ia akan terbelakang tumbuhnya, sedang tiap-tiap perubahan yang dialami oleh individu itu selama masa hidupnya kelak akan diturunkan kepada keturunannya; Weismann mengemukakan bahwa evolusi terjadi karena adanya seleksi alam terhadap faktor genetis. Variasi yang diwariskan dari induk kepada anaknya bukan diperoleh dari lingkungan tetapi dengan perubahan diatur oleh faktor genetik atau gen.
Namun seiring berkembangnya waktu teori evolusi ini banyak mendapat tentangan dari orang-orang yang mendukung Teori Creationisme terutama teori Harun Yahya.