Fosil merupakan jejak
atau sisa kehidupan yang terawetkan dalam lapisan bumi dimana terjadi secara
alami dan memiliki umur geologi. Dalam studi paleo-history yang
mempelajari kehidupan pada masa lampau, fosil menduduki status yang sangat
penting karena dinilai memiliki potensi yang mampu menggambarkan kehidupan masa
lampau. Terkait dengan pembuktian teori evolusi, hingga kini upaya pencarian
fosil-fosil masih terus dilakukan untuk menemukan missink link perubahan dari suatu jenis ke jenis yang lain karena
perubahan ini tidak mungkin terjadi secara spontan.
Fosil yang ditemukan di
area situs Sangiran sendiri merupakan jejak peniggalan berumur 200.000 sampai 2
juta tahun yang lalu. Sehingga para ahli dapat menentukan benang merah sebuah
sejarah yang pernah terjadi di Sangiran secara berurutan serta bisa menjadi
pembanding dan penghubung dengan penemuan-penemuan fosil di seluruh dunia.
Perbedaan-perbedaan jenis tanah, bentuk fosil serta jenis fosil yang terdapat pada empat lapisan tanah (kalibeng,
pucangan, kabuh, dan notopuro) menunjukkan bahwa di sini telah terjadi evolusi.
Nilai penting fosil
yang berada di Sangiran terhadap studi paleo-history bisa dilihat dari ditemukannya artefak
yang ditinggalkan Homo erectus maupun
fosil-fosil Homo erectus sendiri. Situs
Sangiran merupakan situs-situs paling lengkap untuk hunian Homo erectus karena hampir 50 % populasi Homo erectus yang ada di dunia ditemukan di daerah ini. Jadi
tidaklah berlebihan jika Sangiran dikatakan
sebagai pusat evolusi manusia purba di dunia. Selain fosil manusia
purba, di Sangiran juga banyak ditemukan fosil jenis vertebrata antara lain
gajah purba, rusa, kerbau, sapi, banteng dan badak. Sebagian dari binatang
tersebut sezaman dengan Homo erectus
dan dimungkinkan menjadi binatang buruan Homo
erectus. Hal menarik lain dari temuan fosil Homo erectus di Sangiran adalah ternyata fosil serupa juga
ditemukan di Patiayam yang notabene merupakan daerah yang terisolasi dari
Sangiran pada zaman Homo erectus
tipikal Sangiran berkembang. Ini menarik karena muncul berbagai pertanyaan
bagaimana mungkin di kedua tempat yang pada masa itu terpisah oleh sebuah
selat/laut bisa dihuni pada saat yang bersamaan, tentu saja mendorong
penelitian lebih mendalam dari studi palaeogeografi.
Jika berbicara tentang
fosil, pasti tidak jauh dengan teori evolusi. Hingga saat ini teori evolusi
banyak mengalami perkembangan. Pada tahun 1859, Charles Darwin menerbitkan buku
“ On The Origin of Species Means of Natural Selection” yang sempat
mengguncangkan dunia ilmu pengetahuan karena isinya yang cukup kontroversial
pada kala itu. Kontroversial muncul karena adanya kesalahan penafsiran atas
pernyataan yang dikeluarkannya. Dalam buku tersebut Darwin menyatakan bahwa
semua makhluk hidup yang ada di bumi merupakan hasil dari moyang yang sama
dimana mengalami modifikasi. Dengan kata lain, teori ini menyatakan bahwa
spesies bukanlah merupakan sesuatu yang kekal atau tidak mengalami perubahan,
melainkan berevolusi melalui proses bertahap dari berbagai spesies yang telah
ada. Teori yang dikeluarkan darwin merupakan hasil analisis data yang didapat
dari proses observasinya selama keikutsertaannya dalam berbagai ekspedisi. Dalam
ekspedisi ke kepulauan Galapagos, dia melihat bahwasannya pada setiap pulau
yang berbeda di Galapagos terdapat pula jenis burung pipit dengan kenampakan
morfologi dan pola makan yang berbeda. Isolasi geografi dianggap yang paling
bertanggung jawab pada fenomena ini. Karena dengan lingkungan yang berbeda
secara alamiah burung pipit dituntut untuk baradaptasi guna kelestarian
hidupnya. Untuk itu secara alamiah akan terjadi proses spesiasi dimana
menyebabkan bertambahnya keanekaragaman hayati. Fenomena ini sekaligus
menggambarkan penyebab terbentuknya keanekaragaman hayati di dunia.
Darwin mengeluarkan
teori evolusi yang intinya dapat dibagi menjadi pokok berikut : a). variasi pada tumbuhan dan hewan merupakan
suatu variasi karakteristik yang muncul dalam penampakan fenotip organisasi, b).
rasio pertambahan terjadi secara geometrik yaitu jumlah setiap spesies relatif
tetap, c). struggle for existance (usaha
untuk bertahan) dimana individu dengan variasi yang tidak sesuai untuk
kondisi-kondisi yang umum dialami akan tersingkir, d). menghasilkan the survival of fittest kelestarian dari
organisasi yang memilki kualitas paling sesuai dengan lingkungan. e). Individu
yang dapat hidup akan mewariskan variasi-variasi tersebut kepada generasi
berikutnya. Menurut darwin evolusi terjadi karena adanya seleksi alam dimana
adaptasi merupakan penyebab terjadinya seleksi alam.
Meskipun Darwin membuat
konsep evolusi yang dapat diterima, tetapi pemikiran mengenai evolusi ini sudah
sangat tua dan bertahu-tahun lebih tua dari Darwin, hal ini terkait adanya
pendapat dari berbagai para ahli yang masih berkaitan dengan konsep dasar
evolusi. Seperti Plato (428-348 SM) yang membayangkan seorang pencipta yang
menciptakan dunia dari kehancuran dan kemudian menciptakan dewa yang lalu
membuat manusia; Aristoteles (384-322 SM) yang menganggap organisme yang ada
dianggap tidak sempurna tetapi bergerak kearah keadaan yang lebih baik; Anaximander
(600-546 SM) ia mengemukakan bahwa kehidupan berasal dari zat mati, dan makhluk
hidup yang tingkatannya tinggi berasal dari makhluk yang tingkatannya rendah; Linnaeus
(1707-1778) yang menyatakan bahwa semua tanaman dan hewan yang hidup sekarang, dahulu
dengan serentak diciptakan di atas bumi oleh satu ciptaan saja, mereka
diciptakan dalam bentuk seperti yang tampak sekarang ini; Cuvier (1769-1832)
menyampaikan bahwa sisa-sisa hewan yang telah membatu adalah sisa dari hewan
yang telah mati di zaman dulu, selain itu ia juga menyusun Teori Catalysma berdasar
pada lapisan-lapisan tanah yang menandakan berbagai periode dalam sejarah
bumi.; Lammarck (1744-1829) Dia juga berpendapat jika sebuah alat tubuh sering
digunakan maka ia akan tumbuh sempurnadan bila ia jarang digunakan ataupun
tidak digunakan sama sekali maka ia akan terbelakang tumbuhnya, sedang
tiap-tiap perubahan yang dialami oleh individu itu selama masa hidupnya kelak
akan diturunkan kepada keturunannya; Weismann mengemukakan bahwa evolusi
terjadi karena adanya seleksi alam terhadap faktor genetis. Variasi yang
diwariskan dari induk kepada anaknya bukan diperoleh dari lingkungan tetapi
dengan perubahan diatur oleh faktor genetik atau gen.
Namun seiring
berkembangnya waktu teori evolusi ini banyak mendapat tentangan dari
orang-orang yang mendukung Teori Creationisme
terutama teori Harun Yahya.